• Posted by : Dewi Susanti Kamis, 16 Maret 2017

    Dimensi dan Struktur Ilmu



    Oleh Kelompok 5 S1AK16B :
    1.     Dewi Susanti                                     (16080694004)
    2.     Ryanaldi Fahriansyah                       (16080694034)
    3.     Della Ayu Rizki                                 (16080694068)
    4.     Firdaus Fridikus Matondang            (16080694082)


    FAKULTAS EKONOMI
    UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

    Februari 2017

    KATA PENGANTAR
    Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.Dalam rangka ikut berperan serta menunjang proses perkuliahan, kami penyusun dapat menyelesaikan sebuah karya dalam bentuk makalah sebagai pelengkap tugas mata kuliah Ilmu Alam Dasar. Makalah ini bertujuan mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap rasional, teliti, serta bertanggungjawab, dinamis dan berkesinambungan dalam memahami hubungan Ilmu Alam Dasar dengan Akuntansi.
    Kami ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam menyusun makalah ini yang telah banyak memberi kontribusi kepada kami.
    Tak ada gading yang tak retak. Kami menyadari bahwa makalah ini memilikikekurangan baik dalam segi penulisan maupun penyusunan kata, kiranya semua pihak yang menggunakannya memberikan sumbangsih pemikiran demi kesempurnaan makalah ini.

    Surabaya, 20 Februari 2016



    Penyusun
    BAB I
    PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG
    Dalam sejarah perkembangan ilmu, peran Filsafat Ilmu dalam struktur bangunan keilmuan tidak bisa disangsikan. Sebagai landasan filosofis bagi tegaknya suatu ilmu, mustahil para ilmuan menafikan peran filsafat ilmu dalam setiap kegiatan keilmuan.Selama ini, bangunan keilmuan pada lingkungan akademik bukan sama sekali tidak memiliki landasan filosofis. Ilmu logika baik logika tradisonal, yang bercirikan bahasa dan pola pikir deduktif, maupun logika modern (yang juga dikenal dengan logika saintifika) dengan pola induktif dan simbol-simbolnya, jelas tidak sedikit peranannya dalam membangun wawasan ilmiah akademik.Namun, peran ilmu logika dewasa ini dirasakan tidak mencukupi, karena beberapa keterbatasan yang ada dalam ilmu tersebut. Terlihat dalam karakteristiknya, yakni formalisme, naturalisme, saintisme, instrumentalisme. Karenanya, Filsafat Ilmu dianggap sebagai satu-satunya pola pikir yang bila dipertanggungjawabkan.
    Berbeda dengan ilmu logika, Filsafat Ilmu menawarkan banyak pola pikir dengan memperhatikan kondisi objek dan subjek ilmu, bahkan pola pikir logika sebagai bagian dalamnya. Begitulah urgensi Filsafat Ilmu, baik sebagai disiplin maupun sebagai landasan filosofis pengembangan ilmu. Untuk lebih lanjut, dalam pembahasan kali ini akan mengupas lebih tajam tentang Struktur Ilmu dan pengetahuan Filsafat Ilmu.

    1.2 RUMUSAN MASALAH
    1.      Apakah Pengertian Ilmu itu?
    2.      Apa saja peran Ilmu?
    3.      Bagaimanakah Struktur Ilmu?

    1.3 TUJUAN PENULISAN
    Tujuan dari penulisaan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok dalam matakuliah Filsafat Ilmu. Selain itu, menambah ilmu pengetahuan kita dalam hal apa itu Struktur Ilmu yang merupakan sebagian kecil dari Filsafat Ilmu.
    BAB II
    PEMBAHASAN

    2.1  PENGERTIAN ILMU
               Istilah ilmu atau science merupakan suatu perkataan yang cukup bermakna ganda, yaitu mengandung lebih daripada satu arti. Oleh karena itu, dalam memakai istilah tersebut seseorang harus menegaskan sekurang-kurangnya menyadari arti mana yang dimaksud. Menurut cakupannya, pertama-tama ilmu merupakan sebuah istilah umum untuk menyebut segenap pengetahuan ilmiah yang dipandang sebagai satu kebulatan. Jadi, dalam arti yang pertama ini ilmu mengacu pada ilmu seumumnya (science-in-general).
    Arti yang kedua dari ilmu menunjuk pada masing-masing bidang pengetahuan ilmiah yang mempelajari sesuatu pokok soal tertentu. Dalam arti ini ilmu berarti sesuatu cabang ilmu khusus seperti misalnya antropologi, biologi, geografi, atau sosiologi. Istilah inggris ‘science’ kadang-kadang diberi arti sebagai ilmu khusus yang lebih terbatas lagi, yakni sebagai pengetahuan sistematis mengenai dunia fisis atau material (systematic knowledgeof the physical or material word).
    Dari segi maknanya, pengertian ilmu sepanjang yang terbaca dalam pustaka menunjuk pada sekurang-kurangnya tiga hal, yakni pengetahuan, aktivitas dan metode. Dalam hal yang pertama dan ini yang terumum, ilmu senantiasa berarti pengetahuan (knowledge). Di antara para filsuf dari berbagai aliran terdapat pemahaman umum bahwa ilmu adalah sesuatu kumpulan yang sistematis dari pengetahuan (any systematic body of knowledge). Charles singer merumuskan, ilmu adalah proses yang membuat pengetahuan, begitu juga dengan John Warfield yang mengemukakan bahwa ilmu dipandang sebagai suatu proses. Pandangan proses ini paling bertalian dengan suatu perhatian terhadap penyelidikan, karena penyelidikan adalah suatu bagian besar dari ilmu sebagai suatu proses.
    Oleh karena itu ilmu dapat dipandang sebagai satu bentuk aktivitas manusia, maka dari makna ini orang dapat melangkah lebih lanjut untuk sampai pada metode dari aktivitas itu. Dengan demikian pengertian ilmu sebagai pengetahuan, aktivitas, atau metode itu apabila ditinjau lebih mendalam sesungguhnya tidak saling bertentangan. Bahkan sebaliknya, ketiga hal itu merupakan satu kesatuan logis yang mesti ada secara berurutan. Ilmu harus diusahakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus harus dilaksanakan dengan metode tertentu dan akhirnya aktivitas metode itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis.
    Dalam literature tentang ilmu dan penelitian terdapat pendapat yang mengikuti pembedaan James Conant mengenai the dynamic view (pandangan dinamis) dan the static view of science (pandangan statis tentang ilmu). Pandangan dinamis mengenai ilmu membahas science sebagai suatu aktivitas, sedang kebalikannya pandangan statis menguraikan ilmu sebagai systematized information (keterangan yang disistematiskan).
    Dari berbagai pendapat diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, memperoleh pemahaman, memberi penjelasan, ataupun melakukan penerapan.

    2.2 DIMENSI ILMU
                Perkataan Inggris dimension dapat berarti sifat perluasan (quality of extension), hal pentingnya (importance), dan watak yang cocok (character proper) pada suatu hal. Dimensi ilmu mengacu pada perwatakan yang sepatutnya di anggap termasuk dalam ilmu, peranan atau pentingya ilmu dalam suatu kerangka tertentu, dan sifat atau ciri perluasan yang dapat ditambahkan pada ilmu berdasarkan sesuatu pertimbangan.  Apabila ilmu dibahas dari sudut salah satu dimensi, maka merupakan suatu analisis dari sudut tinjauan khusus yang bercorak eksternal. Untuk keperluan penelaahan terhadap ilmu, sudaut tinjauan dari arah luar adalah suatu hampiran studi tertentu atau suatu perspektif dalam analisis. Hampiran atau perspektif ini berasal pertama-tama dari berbagai  cabang ilmu khusus yang mengambil konsep ilmu sebagai sasaran penelaahannya. Dari masalah diatas, ditemukanlah sejumlah dimensi ilmu yang sejalan dengan ilmu-ilmu yang bersangkutan, yaitu :
    1.    Ilmu ekonomi : dimensi ekonomik dari ilmu
                Hampiran ilmu ekonomi akan melahirkan dimensi ekonomi yang membahas ilmu sebagai suatu kekuatan produktif yang langsung sebagaimana dianut oleh negara-negara sosialis. Membahas ilmu sebagai suatu kekuatan produktif yang langsungsebagaimana dianut oleh negara-negara sosialis atau sebagai a major factor in themaintenance and development of production (suatu faktor utama dalammempertahankan dan mengembangkan produksi) dikemukakan oleh Bernal.
    2.    Linguistik : dimensi linguistik dari ilmu
                Menekankan segi kuantitatif dan proses kuantifikasi dalam ilmu. Dengan tinjauan linguistik orang dapat memandang ilmu sebagai suatu bahasa buatan. Misalnya, Charles Morris menyatakan bahwa ilmu adalah suatu bahasa, yakni sebagai seperangkat tanda-tanda dengan hubungan spesifik tertentu satu dengan yang lain, dengan obyek-obyek, dan dengan  praktek. Suatu cabang studi yang didalamnya fakta-fakta diamatidan digolong-golongkan dan biasanya kaidah-kaidah kuantitatif dirumuskan dandibuktikan, mencakup penerapan penalaran matematis dan analisis data atasfenomena alamiah.
    3.    Matematik: dimensi matematis dari ilmu
                Dimensi ini menekankan segi kuantitatif dan proses kuantifikasi dalam ilmu. Kelanjutan hampiran matematik yag berlebihan ialah pendapat bahwa apa yag disebut ilmu hanyalah pengetahuan yang dapat dinyatakan dalam rumus-rumus matematik.
    4.    Ilmu politik: dimensi politik dari ilmu
                Dapat membahas ilmu dari sudut tinjauan pemerintahan atau sebagaifaktor kekuasaan dalam negara. Dengan hampiran ilmu politik orang akan membahas ilmu dri sudut tinjauan pemerintahan atau sebagai faktor kekuasaan dalam negara.
    5.    Psikologi: dimensi psikologi dari ilmu
                Perspektif psikologi telah melahirkan dimensi psikologis dari ilmu. Misalnya C.H. Waddington yang mngarang buku The Scientific Attitude (1941) berpendapat bahwa ilmu bukanlah suatu kumpulan muslihat, melainkan suatu sikap terhadap dunia ini.
    6.    Sosiologi: dimensi sosiologis dari ilmu
                Dari perspektif ilmiah ilmu belakangan ini dianggap sebagai sebuah social institution, sebagai suatu social activity, atau menurut Haberer sebagai suatu jaringan kebiasaan dan peranan  yang menghimpun, menguji, dan menyebarkan pengetahuan.
    Melengkapi dimensi-dimensi ilmu yang berdasarkan hampiran cabang-cabang ilmu khusus, ada dua dimensi yang bersifat reflektif, abstrak, dan formal sejalan dengan dua bidang pengetahuan yang bercorak demikian itu. Yaitu dimensi filsafati dan dimensi logis dari ilmu. Dari sudut tinjauan filsafat maka ilmu dapat dipandang misalnya, sebagai pandangan dunia, atau nilai manusiawi.Selain dimensi-dimensi diatas, masih ada dimensi ilmu lain yang tidak berdasarkan cabang ilmu dan pengetahuan, melainkan berpangkal pada aspek realitas di dunia ini. Dimensi-dimensi tersebut adalah:
    A    Cultural dimension (dimensi kebudayaan)
    Kebudayaan merupakan salah satu segi penting dalam kehidupan manusia. Dari aspek ini para cendekiawan mengupas science sebagai a cultural force (woolf), a cultural process (Richter), dan a mode of culture (Elkana).
    B    Historical dimension (dimensi sejarah)
    Dari segi sejarah umat manusia ilmu dapat ditinjau sebagai suatu bagian dari proses historis secara keseluruhan yang berlangsung pada zaman-zaman yang berbeda dan di tempat-tempat berlainan. Langdon Gilkey mengakui bahwa science merupakan a historical force of overwhelming significance, shaping the social existence of mankind in evernew direction (suatu kekuatan historis yang sangat besar arti pentingnya, yang membangun eksistensi sosial manusia dalam arah-arah yang selalu baru).
    C    Humanistic dimension (dimensi kemanusiaan)
    Science suatu pengalaman yang dihayati menurut Enrico Cantore merupakan suatu faktor yang mencetak suatu kepribadian manusia ilmiah. Dalam makna ini ilmu bersifat humanistik.
    D    Recreational dimension (dimensi reaksi)
    Ditinjau dari segi permainan yang menggembirakan atau hiburan yang menyegarkan dapatlah dipahami beberapa pendapat yang menyatakan science adalah game. Buzzati Traverso menyatakan ” ilmu adalah suatu permainan; ini dapat menggembirakan, dapat bermanfaat, dapat berbahaya secara mengerikan. Ilmu adalah suatu permainan yang ditimbulkan oleh keingintahuan manusia yang ak tertahankan untuk menemukan alam semesta dan dirinya sendiri, dan untuk memperbesar kesadarannya akan dunia tempat ia hidup dan bekerja.”
    E     System dimension (dimensi sistem)
    Jika memang realitas di dunia ini mengandung banyak sekali kebulatan yang teratur, maka wajar jika science ditinjau dari segi kebulatan sistem yang terdiri dari unsur-unsur yang berada dalam keadaan berinteraksi.

    2.3  STRUKTUR ILMU
    Van Peursen (1980:28) mengibaratkan ilmu bagaikan bangunan yang tersusun dari batu bata. Batu atau unsur dasar tersebut tidak pernah langsung didapat dialam sekitar. Lewat observasi ilmiah batu-batu sudah dikerjakan sehingga dapat dipakai, kemudian digolongkan menurut kelompok tertentu sehingga dapat dipergunakan. Struktur adalah perangkat unsur yang diantaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik, unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang bersifat intuitif. (kamus Linguistik; Prof. Dr. Harimurti Kridalaksana:1993). The Liang Gie (2000:139) memberikan pengertian struktur ilmu adalah suatu kumpulan pengetahuan sistematik yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan atau dikoordinasikan agar dapat menjadi dasar teoritis atau memberikan penjelasan termaksud. Struktur ilmu dalam filsafat ilmu merupakan bagian yang penting dipelajari mengingat ilmu merupakan suatu bangunan yang tersusun, bersistem dan kompleks. Melalui ilmu kita dapat menjelaskan, meramal dan mengontrol setiap gejala-gejala alam yang terjadi. Tujuan akhir dari disiplin keilmuan yaitu mengembangkan sebuah teori keilmuan yang bersifat utuh dan konsisten.
    Secara garis besar ilmu atau sains dibagi dua, yaitu:
    1.      sains sosial
    a.       Sosiologi :   komunikasi, politik, pendidikan
    b.       Antropologi :   budaya, ekonomi, politik
    c.        Psikologi :    pendidikan, anak, abnormal
    d.       Ekonomi ;   makro, lingkungan, pedesaan
    e.        Politik :  dalam negeri, hukum, internasional
    2.      sains ke-alam-an,
    a.       Astronomi,
    b.       Fisika :   mekanika, bunyi, cahaya dan optik, fisika, nuklir
    c.        Kimia :   kimia organik dan kimia teknik
    d.       Ilmu bumi : paleontologi, ekologi, geofisika, geokimia, mineralogi, geografi
    e.        Ilmu hayat : biofisika, botani, zoologi
    Agar lebih lengkap, Prof. Dr. Ahmad Tafsir dalam bukunya “FILSAFAT ILMU (Mengurai ontologi, epistemologi, dan aksiologi pengetahuan)” menambahkan bagian dari sains, yaitu Humaniora
    3.      Humaniora
    1. Seni :  abstrak, grafika, pahat, tari
    2. Hukum : pidana, tata usaha negara, adat
    3. Filsafat :  logika, etika,estetika
    4. Bahasa :  sastra
    5. Agama : Islam, Kristen, Confusius
    6. Sejarah :  Indonesia, dunia
    Struktur Ilmu Pengetahuan
    Objek ilmu pengetahuan yaitu objek-objek yang empiris berdasarkan pada pengalaman. Jujun S. Suriasumantri (Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, 1994:105) menyatakan bahwa objek kajian sain (ilmu pengetahuan) hanyalah objek yang berada dalam ruang lingkup pengalaman manusia. Yang dimaksud pengalaman disini adalah pengalaman indera. Objek kajian ini haruslah objek yang empiris, sebab bukti–bukti yang harus ditemukan adalah bukti-bukti yang empiris (berdasar pengalaman yang diperoleh dari percobaan-percobaan). Bukti empiris ini kemudian diperlukan untuk menguji bukti rasional yang telah dirumuskan dalam hipotesis (sesuatu/teori yang dianggap benar).Objek yang dapat diteliti banyak sekali ; alam, tumbuhan, hewan, manusia, serta kejadian-kejadian disekitarnya. Dari penelitian itulah muncul teori teori sain. Teori-teori itu dikelompokan menurut cabang-cabang sain, teori-teori yang telah berkelompok itu kemudian disebut struktur sain (struktur ilmu pengetahuan). Struktur pengetahuan ilmiah/ilmu pengetahuan, mencakup :
    • a)      Objek sebenarnya : hal utama yang akan dibahas dalam suatu pernyataan
    • b)      Objek material : Ide abstrak, Benda fisik, Jasad hidup, Gejala rohani, Peristiwa    sosial, Proses tanda
    • c)      Objek formal : Pusat perhatian dalam penelaahan ilmuwan terhadap fenomena itu
    • d)     Bentuk pernyataan
    • e)      Deskripsi : Bersifat deskriptif (menggambarkan apa adanya) dengan memberikan      penjelasan mengenai bentuk, susunan dll
    • f)       Preskripsi : Memberikan petunjuk atau ketentuan apa yang seharusnya terjadi
    • g)      Eksposisi Pola : Merangkum pernyataan-pernyataan yang memaparkan pola-pola
    • h)      Rekonstruksi historis : Menceritakan dengan penjelasan atau alasan yang diperlukan dalam pertumbuhan sesuatu pada masa lampau
    • i)        Ragam proposisi : pernyataan mengenai hal-hal yang dapat dinilai benar atau salah

    Ilmu sebagai sekumpulan pengetahuan sistematik terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan agar dapat menjadi dasar teori dan memberi penjelasan yang sesuai. Saling keterkaitan diantara segenap komponen itu juga merupakan struktur dari pengetahuan ilmiah (Gie, 1997).Komponen ilmu pengetahuan :
    a)      Metode ilmiah
    Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan melalui metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan disebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkan harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Metode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis
    b)      Teori
    Teori yang dimaksud disini adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut.
    c)      Hipotesis
    Hipotesis adalah pernyatan sementara tentang yang diajukan dalam bentuk dugaan atau teori, yang merupakan dasar dalam menjelaskan kemungkinan hubungan tersebut.
    d)     Logika
    Penalaran merupakan suatu proses berfikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran, maka proses berfikir itu harus dilakukan dengan cara tertentu.
    e)      Data-informasi
    Tahapan ini merupakan suatu yang dominan dalm metode keilmuan. Disebabkan oleh banyaknya kegiatan keilmuan yang diarahkan kepada pengumpulan data, maka banyak orang yang menyamakan keilmuan dengan pengumpulan fakta. Hasil observasi ini kemudian dituangkan dalam bentuk pernyataan-pernyataan. Penyusunan dan klasifikasi data tahapan metode keilmuan ini, menekankan kepada penyusunan kata dalam kelompok-kelompok, jenis-jenis dan kelas-kelas. Dalm sebuah cabang ilmu usaha untuk mengidentifikasi, menganalisa, membadingkan, dan membedakan fakta-fakta yang tergantung kepada adanya klasifikasi yang disebut taksonomi dan ilmuan modern terus berusaha untuk menyempurnakan taksonomi untuk bidang keilmuan mereka.
    f)       Pembuktian
    Langkah selanjutnya setelah menyusun hipotesis adalah menguji hipotesis tersebut. dengan mengonfrontasikannya atau menghadapkannya dengan dunia fisik yang nyata. Tidak jarang pula beberapa pembuktian ilmiah membutuhkan alat yang rumit sekali sehingga hipotesis baru dapat dibuktikan beberapa waktu setelah ditemukan alat yang dapat membantu mengumpulkan fakta yang dibutuhkan. Pengujian kebenaran dalam ilmu berarti menguji hipotesis dengan pengamatan kenyataan yang sebenarnya. Dalam hal ini maka keputusan terakhir terletak pada fakta.
    g)      Evaluasi
    Evaluasi dalam hal ini adalah menarik kesimpulan yang merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima. Sekiranya dalam proses menguji hipotesis tidak terdapat fakta yang cukup mendukung maka hipotesis itu ditolak. Hipotesis yang diterima kemudian dianggap menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah sebab telah teruji kebenarannya.
    h)      Paradigma
    Secara umum pengertian pradigma adalah seperangkat keyakinan atau dasar yang menuntut tindakan seseorang dalam kehidupan sehari-hari.
    Tidak setiap cabang ilmu khusus telah berhasil merumuskan kaidah-kaidah ilmiah dan teori-teori ilmiah untuk meramalkan maupun menerangkan aneka fenomena yang seluas mungkin. Teori merupakan tujuan dasar atau tujuan akhir dari ilmu. Teori tidak bisa dijadikan ciri pokok bagi ilmu seumumnya. Ciri pokok pertama bagi setiap cabang ilmu khusus haruslah sistematisasi pada pengetahuan ilmiah yang bersangkutan. Sistematisasi mengandung arti bahwa pengetahuan ilmiah itu harus disusun menjadi semacam system yang memiliki bagian-bagian yang penting dan hubungan-hubungan yang bermakna. Cirri sistematisasi harus dilengkapi dengan cirri-ciri pokok selanjutnya, yaitu keumuman (generality), rasionalitas, obyektivitas, kemampuan diperiksa kebenarannya (verifiability), dan kemampuan menjadii milik umum (communality).
    Ciri generality (umum) menunjuk pada kualitas pengetahuan ilmiah untuk merangkung fenomena yang senantiasa makin luas dengan penentuan konsep-konsep yang paling umum dalam pembahasan sasarannya. Misalnya kalau ilmu politik akan menjelaskan tentang partai politik , penjelasan yang memuaskan ialah apabila pembahasan bisa beralih dari suatu partai politik tertentu dalam suatu negara khusus sampai pada semua partai politik dalam negara itu, dan terus lebih umum lagi sampai mencapai partai politik seumumnya disemua negara pada semua masa.
    Ciri rasionalitas berarti bahwa ilmu sebagai pengetahuan ilmiah bersumber pada pemikiran rasional yang mematuhi kaidah-kaidah logika (barber). Batu penguji pengetahuan ilmiah ialah penalaran yang betul dan perbincangan yang logis tanpa melibatkan factor-faktor non-rasional seperti emosi sesaat dan kesukaan pribadi, dengan demikian ilmu juga memiliki sifat obyektifitas.
    Ciri verifiabilitas berarti bahwa pengetahuan ilmiah harus dapat diperiksa kebenarannya, diselidiki kembali, atau diuji ulang oleh setiap anggota lainnya dari masyarakat ilmuwan.
    Kalau ciri objectivity menekankan ilmu sebagai interpersonal knowledge (pengetahuan yang bersifat antar-perseorangan), maka cirri pokok komunalitas menitikberatkan ilmu sebagai pengetahuan yang menjadi milik umum. Ilmu bukanlah hanya pengetahuan yang telah diterbitkan, melainkan pengetahuan tersebut setelah diuji secara objektif oleh para ilmuwan akan diterima secara umum menjadi kesepakatan pendapat rasional.



    BAB III
    PENUTUP
    3.1  KESIMPULAN
    Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, memperoleh pemahaman, memberi penjelasan, ataupun melakukan penerapan.
    Dimensi ilmu mengacu pada perwatakan yang sepatutnya di anggap termasuk dalam ilmu, peranan atau pentingya ilmu dalam suatu kerangka tertentu, dan sifat atau ciri perluasan yang dapat ditambahkan pada ilmu berdasarkan sesuatu pertimbangan. Apabila ilmu dibahas dari sudut salah satu dimensi, maka merupakan suatu analisis dari sudut tinjauan khusus yang bercorak eksternal. Untuk keperluan penelaahan terhadap ilmu, sudaut tinjauan dari arah luar adalah suatu hampiran studi tertentu atau suatu perspektif dalam analisis.

      
    DAFTAR PUSTAKA
    Anonim. 2015. Filsafat Struktur ilmu, (online). (http://www.perkuliahan.com/, diakses pada 18 Februari 2017 pukul 11.20).
    Salim, Alim. 2015. Struktur Ilmu Pengetahuan, (online). (https://amirsalim1979.wordpress.com/, diakses pada 18 Februari 2017 pukul 11.28).

    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • Copyright © - Accounting World

    Accounting World - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan